Kamis, 17 Maret 2011

METODE PEMBELAJARAN SYNECTICS

METODE PEMBELAJARAN SYNECTICS

Oleh
KELOMPOK 7
1. Hegar Prahara (1013034047)
2. Indah Novitasar (1013034049)
3. Ahmad Fatih Khakikudin (1013034077)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkat kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan karunianya serta kesempatan waktu kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ METODE PEMBELAJARAN SYNECTICS” tepat waktu. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah metodologi pembelajaran serta menambah pengetahuan kami tentang metode pembelajaran synectic.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mohon agar para pembaca berkenan untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga pembaca dapat mengambil banyak manfaat dari makalah ini. Apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah maka kami meminta maaf dan kepada Allah kami memohon ampun.


BandarLampung, Maret 2011


Penyusun





Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
BAB II Pembahasan
1. Metode Pembelajaran Synectics ................................................ 3
1.1 Berpikir Kreatif ................................................................ 4
1.2 Penerapan Synectics dalam pembelajaran.......................... 7
2. Keunggulan Metode Pembelajaran synectics............................. 10
BAB III Penutup
A. Kesimpulan............................................................................... 12
B. Saran ....................................................................................... 12
Refrensi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang beberagaan siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya. Selain dasar pemikiran tersebut, keragaman model pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model pembelajaran tertentu. Pemilihan dan penentuan salah satu atau beberapa model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya peran aktif siswa dalam mengeksplorasi hal-hal baru yang terkait dengan apa yang sedang dipelajari. Ketepatan model pembelajaran juga dapat mendorong tumbuhannya motivasi siswa, terjadinya iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung.
Pengembangkan model pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman guru terhadap karakteristik siswa. Demikian pula tidak dapat dilepaskan dari karakteristik materi pelajaran, tujuan belajar yang ingin dicapai, kondisi kelas maupun sarana/fasilitas belajar yang tersedia.
Kita dapat menjumpai beberapa pandangan atau pendapat tentang jenis-jenis model pembelajaran. Di antara pandangan yang banyak mendapat perhatian adalah model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun yang mengkategorikan sejumlah model dalam empat kelompok besar yaitu: kelompok model-model sosial, kelompok model-model pengolahan informasi, kelompok model-model personal, dan kelompok model-model sistem perilaku.
Salah satu dari beragam model pembelajaran adalah model pembelajaran sinektik (synectic). Synectic merupakan suatu pendekatan yang menarik dalam mengeksplor kreativitas peserta didik, serta mengembangkan kreativitas dan daya imajinasinya dalam menganalogikan suatu permasalah dengan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas itu sendiri dapat dipahami dengan pendekatan process, product, person, dan preses pengukuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran synectic?
2. Apa hubungannya antara kreatifitas peserta didik dalam metode pembelajaran synectic?
3. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran synectic di sekolah?
4. Apakah keunggulan dari metode pembeljaran synectic?


BAB II
PEMBAHASAN


1. Metode Pembelajaran Synectic
Istilah synectics diambil dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berarti menggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda. Dalam dunia keilmuan, synectics biasanya berhubungan dengan kreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengan dinamika kelompok dalam latihan berfikir. dalam dunia pendidikan dikenal sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreativitas.
Synetics dikembangkan oleh William Gordon dan merupakan model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan berfikir dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami. Menurut William J.J. Gordon ,sinektik berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.
Synectics beroperasi pada pokok yang, dengan menggunakan kapasitas yang luar biasa pikiran untuk menghubungkan elemen-elemen yang tampaknya tidak relevan pikiran, siswa dapat memicu ide-ide baru mengejutkan yang kemudian dapat dikembangkan menjadi solusi layak untuk masalah.
Synectic sangat erat kaitannya dengan kreatifitas, karena dalam synectic kreatifitas peserta didik sangat berperan penting dan peserta didik dirangsang kreatifitasnya dalam metode ini.

Synectics merupakan teknik kreativitas yang erat terkait dengan brainstorming . Perbedaan utama adalah bahwa Synectics lebih formal dan ketat daripada brainstorming. Mungkin terlihat aneh untuk meresmikan sebuah proses kreatif, tetapi banyak orang merasa sifat terbuka dari terstruktur brainstorming luar biasa. Synectics membantu dengan memberikan Anda panduan untuk menghasilkan ide-ide baru.

Brainstorming adalah salah satu yang paling sederhana dan paling terkenal dari semua teknik kreativitas. Sesi brainstorming adalah cara terbaik untuk menghasilkan ide-ide baru - dan gagasan adalah inti dari proses kreatif.

Salah satu faktor yang membedakan synectics adalah penekanannya pada metafora dan fantasi. Sebagai contoh, jika mencoba untuk menentukan bagaimana menanggapi ancaman bisnis maka hal ini bisa disamakan dengan mengalahkan naga api. Apa kekuatan naga ("api" nya), kelemahan (yang "perut lunak")?, Keinginan (tumpukan emas pengorbanan manusia? Ibadah?), Apa senjata yang akan dragonslayers butuhkan?, Dapatkah naga dijinakkan bukan dari dibunuh dll? dll Semua fantasi ini bisa memberikan ide-ide tentang bagaimana untuk menangani dengan "kesempatan" komersial sangat nyata.
1.1 Berpikir Kreatif
Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas.
Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
1.2 Penerapan Synectics dalam Pembelajaran
Ada tiga jenis analogi yang digunakan dalam model pembelajaran synectics, yaitu:
1. Analogi langsung yaitu kegiatan perbandingan sederhana antara dua objek atau gagasan, dalam pembandingan ini dua objek yang dibandingkan tidak harus sama dalam semua aspek, karena tujuan sebanarnya adalah untuk mentranformasikan kondisi objek atau situasi masalah nyata pada situasi masalah lain sehingga terbentuk suatu cara pandang baru. Pada analogi ini siswa diminta untuk menemukan situasi masalah yang sejajar dengan situasi kehidupan nyata.. Untuk melihat efektifitas suatu analogi langsung dilihat dari jarak konseptualnya, semakin jauh jarak konseptualnya, maka semakin tinggi skor analoginya.
2. Analogi personal yaitu kegiatan untuk melakukan analogi antara objek analogi dengan dirinya sendiri. Pada analogi ini siswa diminta menempatkan dirinya sebagai objek itu sendiri. Untuk melihat efektivitas analogi personal bisa dilihat dari banyaknya ungkapan yang dikemukakan, semakin banyak ungkapan yang dikemukakan maka semakin tinggi skor analogi personalnya. Dalam kegiatan membuat analogi personal, siswa melibatkan dirinya sebagai objek atau gagasan yang dibandingkan. semakin besar jarak konseptual maka akan semakin besar kemungkinan diperoleh gagasan baru. Menurut Gordon jarak konseptual bisa dilihat dari adanya keterlibatan dalam proses analogi. Selanjutnya dijelaskan adanya empat keterlibatan yang mungkin terjadi ketika melakukan analogi, yaitu:
a. Keterlibatan terhadap fakta yaitu proses analogi terhadap fakta yang dikenal tanpa menggunakan cara pandang baru dan tanpa keterlibatan empati, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya merasa panas.
b.Keterlibatan dengan emosi yaitu proses analogi dengan melibatkan unsur emosi, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya menjadi kuat.
c.Keterlibatan dengan empati pada benda-benda hidup yaitu proses analogi dengan melibatkan emosi dan kinestetik pada objek analogi, misalnya: seandainya saya menjadi mobil, saya merasa seperti sedang mengikuti lomba balapan, dan saya jadi tergesa-gesa.
d. Keterlibatan dengan empati pada benda-benda mati yaitu proses analogi dengan menempatkan diri subjek sebagai suatu objek anorganik dan mencoba memperluas masalah dari pandangan simpati, misalnya, seandainya saya menjadi mesin, saya tidak tahu kapan harus berjalan dan kapan harus berhenti. Seseorang akan bekerja untuk saya.
3. Analogi konflik yang ditekan yaitu kegiatan untuk mengkombinasikan titik pandang yang berbeda terhadap suatu objek sehingga terlihat dari dua kerangka acuan yang berbeda. Hasil kegiatan ini berupa deskripsi tentang suatu objek atau gagasan berdasarkan dua kata atau frase yang kontradiktif, mislnya: bagaimana komputer itu dianggap sebagai pemberani atau penakut? Bagaimanakah mesin mobil dapat tertawa atau marah? Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperluas pemahaman tentang gagasan-gagasan baru dan untuk memaksimalkan unsur kejutan, karena itu maka kegiatan analogi ini dianggap sebagai kegiatan mental tingkat tinggi. Pada analogi ini siswa diminta diminta menyebutkan suatu objek secara berpasangan. Semakin banyak pasangan yang disebutkan, semakin tinggi skor yang diperoleh. Berdasarkan pasangan kata tersebut, siswa diharapkan mengemukakan objek sebanyak-banyaknya yang bersifat kontaradiktif, kemudian diminta menjelaskan mengapa benda tersebut bersifat kontradiktif.
Pada proses yang terjadi dalam synectics, seseorang mampu mengatasi hambatan mental yang membelenggunya, selain itu kemampuan berfikir divergen dan kemampuan untuk memecahkan masalah akan terus berkembang. Selanjutnya ia menjelaskan strategi yang harus dilalui ketika membuat sesuatu yang asing menjadi lazim atau membuat yang lazim menjadi asing yaitu:
1) Mendefinisikan atau menggambarkan situasi saat ini atau masalah yang sedang dihadapi;
2) menulis gagasan tentang analogi langsung;
3) menulis reaksi terhadap hasil analogi langsung;
4) mengeksplorasi sesuatu yang menjadi konfliks;
5) membuat analogi langsung yang baru; dan
6) mengujinya dalam situasi yang nyata.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan tentang strategi tersebut dalam praktek pembelajaran yang dalam prakteknya terbagi menjadi tujuh tahapan yaitu:
1. Masukan substansial yaitu guru mengemukakan permasalahan pada siswa untuk diselesaikan;
2. Pembuatan analogi langsung dengan cara guru menyuruh siswa untuk membuat analogi langsung dan siswa melakukannya;
3. Guru mengidentifikasi hasil analogi yang telah dibuat siswa;
4. Siswa menjelaskan kemiripan antara sesuatu yang asing dengan yang lazim;
5. Siswa menjelaskan perbedaan antara sesuatu yang asing dengan yang lazim;
6. Siswa mengeksplorasi topik yang bersifat original; dan
7. Siswa menghasilkan suatu produk melalui analogi langsung.
Penerapan synectics dalam pembelajaran menurut Joyce seharusnya menganut tiga prinsip yaitu:
1. Prinsip reaksi mengacu pada respon guru terhadap siswanya. Diharapkan guru menerima semua respon siswa apapun bentuknya dan menjamin bahwa hal tersebut seolah-olah merupakan ungkapan kreatif siswa, akan tetapi melalui pertanyaan evokatif, guru dapat menstimulasi lebih lanjut kemampuan berfikir kreatifnya.

2. Sistem sosial mendeskripsikan peranan dan hubungan antara guru dan siswa serta mendeskripsikan jenis norma yang disarankan. Sistem sosial dalam synectics terstruktur secara moderat, yang dalam praktiknya berupa guru mengawali dan mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah melalui analogi, mengembangkan kebebasan intelektual, dan memberikan reward yang nantinya akan menjadi kepuasan internal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar.

3. Sistem pendukung mengacu pada kebutuhan yang diperlukan untuk implementasi. Sistem pendukung dalam kegiatan synectics terdiri dari pengalaman guru tentang kegiatan synectics, lingkungan yang nyaman, laboratorium, atau sumber belajar lainnya.

2. Keunggulan Metode Pembelajaran Synectic

Kelebihan yang dimiliki metode pembelajaran synectic diantaranya:
1. Meningkatkan kreatifitas peserta didik
2. Meningkatkan daya imajinasi dari peserta didik
3. Mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap guru
4. Siswa mampu mengkombinasikan antara apa yang mereka dapat dari sekolah dengan apa yang mereka dapat dari pengalaman untuk memcahkan suatu masalah
5. Mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan oleh guru

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Synectic merupakan model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan berfikir dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami. Metode ini sangat berguna untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik dalam memnyelesaikan suatu masalah, karena dalam metode ini mengeksplor kreatifitas anak dan daya imajinasi dari peserta didik.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh profesor E. Paul Torrance yang kemudian dilanjutkan oleh Garnet Millar membuktikan bahwa kreatifitas lebih penting dari pada IQ. untuk menghadapi zaman yang semakin berkembang dan persaingan yang semakin ketat, maka kreatifitas sangatlah penting untuk dikembangkan pada peserta didik. Dan metode yang paling cocok untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik adalah dengan menggunakan metode pembelajaran synectic.



REFRENSI

http://www.itpin.com/blog/?p=377
WWW.googlesyndication.com
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=hubptain-gdl-sitirochma-7778
http://www.2lisan.com/read/WAHYUNI-WIJAYANTI:-Model-Model-Pembelajaran
www.livechange.co.uk
www.stickybrainstorming.com

1 komentar:

  1. hahhhhh...
    punya kelompok guw nh..
    hak paten guw di bajak

    BalasHapus