Kamis, 20 Januari 2011

MOTIVASI DAN BIMBINGAN DALAM BELAJAR

1. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Mc. Donald mengatakan bahwa, Motivation is a energi change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Guru-guru sangat menyadari penting motivasi di dalam membimbing belajar murid. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan kehormatan-kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian dan celaan telah digunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar. Ada kalanya, guru-guru mempergunakan teknik-teknik tersebut secara tidak tepat.
Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan dalam tingkah laku. Kaum pengusaha mengeluarkan biaya setiap tahun untuk memasang advertensi, berarti memotivasi orang-orang agar mau membeli dan menggunakan hasil-hasil usahanya.
Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para orang tua murid maupun masyarakat.
2. Teori–Teori Motivasi Belajar
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (a) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (b) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (c) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (d) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (e) teori Keadilan; (f) Teori penetapan tujuan; (g) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (h) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (i) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167).
a. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
· Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
· Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
· Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.


b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubung an dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
· Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
· Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
· Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik
e. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
· Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
· Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
· Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
· Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
· Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
· Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
f. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
g. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
h. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
I. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
3. Macam-Macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
4. Perbedaan motivasi belajar antar peserta didik
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
· Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
· Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
· Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
· Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
· Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
5. Faktor penurun motivasi belajar peserta didik
Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkanproses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinyapembelajaran yang baik. Berikut dijabarkan berbagai sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik diantaranya:
Kehilangan harga diri
Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi tutor/guru untuk menyadari hal ini. Contohnya jika seorang peserta didik orang dewasa dihukum dengan cara maju kedepan dan menjewer kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak akan respek lagi terhadap guru/tutornya dan mungkin materi serta keseluruhan proses belajarnya. Bahkan ia dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya.



b. Ketidaknyamanan fisik
Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya elalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.

c. Frustasi
Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya.

d. Teguran yang tidak dimengerti
Jika tutor/guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya. Contohnya, tutor/guru yang kesal dengan peserta didiknya yang terlambat menacung-acungkan jari dengan cepat kepada peserta didik tersebut. Peserta didik orang dewasa tersebut tentu bingung dan berfikir apa yang salah dengannya, dan ia berinisiatif untuk tidak menghadiri kelas tersebut, mungkin untuk selamanya.

e. Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan
Peserta didik orang dewasa yang mengikuti pembelajaran akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan tutornya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.

f. Materi terlalu sulit/muda
Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.

g. Persaingan yang tidak sehat
Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.

h. Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika tidak, peserta didik orang dewasa akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada penurunan motivsi belajar mereka.

I. Tidak mendapatkan umpan balik
Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen komunikasi antar individu. Contohnya, tutor yang mengajar dengan hanya metode ceramah tanpa melakukan diskusi dan melontarkan pertanyaan, juga tidak memperhatikan peserta didiknya (mengacuhkan) akan tidak mendapat umpan balik yang diperlukan untuk melihat sejauh mana peserta didik menguasai materi.

j. Harus belajar dengan kecepatan yang sama
Siswa didik tidak mempunyai kemampuan yang sama,sehingga dalam proses belajar tidak bisa fianggap sama.


k. Berkelompok dengan peserta yang sama sama kurang
Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak akan berjalamn baik. . Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.

l. Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya
Tingkah laku orang dewasa dipengaruhi oleh pemahamannya. Peserta didik orang dewasa mempunyai karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing/tutor tidak dapat memaksakan kehenaknya kepada peserta didiknya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, peserta didik orang dewasa akan bertindak tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam hatinya dan mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya.

6. Faktor Peningkat Motiasi Belajar Peserta Didik
Ada beberapa Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak dalam kegiatan belajar di sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan A.M. Sardiman (2005:92-94), yaitu :
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Kompetisi
d. Ego-involvement(kesadaran siswa)
e. Memberi Ulangan
f. Mengetahui Hasil
h. Pujian
I. Hukuman

7. Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi
10.Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

8. Cara menumbuhkan,meningkatkan dan mempertahankan motivasi belajar
a. Menumbuhkan motivasi
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi, diantaranya sebagai berikut:
· Ciptakan sensasi
Ciptakan sensasi yang dapat membangkitkan gairah anda untuk beraktivitas dipagi hari.misalnya anda esok pagi berfikir harus mendapatkan uang satu miliyar,hal itu tentu sangat mustahil namun itu dapat membangkitkan motivasi anda untuk beraktivitas.
· Kembangkan terus tujuan anda
Jangan pernah terpaku pada tujuan yang sederhana. Kembangkan tujuan anda menjadi tujuan yang lbih besar. Hal ini tentu saja akn meningkatkan motivasi anda untuk mencapainya.
· Tetapkan saat kematian
Hal ini dapat membantu menigkatkan motivasi,karena anda akan berfikir untuk berbuat lebih baik dari apa yang sudah anda perbuat.




· Tinggalkan teman yang tidak perlu
Jangan ragu ragu untuk meninggalkan teman anda yang tidak mendorong anda mencapai tujuan.ketahuilah jika kita bergaul dengan orang-orang yang optimis maka anda akan hidup optimis pula.
· Hampiri bayangan ketakutan
Saat anda dibayangi rasa takut dan kecemasan,janganlah melarikan diri dari bayangan tersebut.Karena disaat anda bisa mengatasinya maka hal ini bisa memotivasi anda untuk hidup lbih baik.
· Mulailah dengan rasa senang
Mulailah setiap pekerjaan dengan rasa senang.
· Berlatihlah dengan keras
Berlatih dengan keras dapat mendukung anda untuk meraih apa yang anda inginkan.

b. Meningkatkan motivasi
Menurut Tim MGP & Kelompok Kerja Pengembangan Kurikulum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan motivasi belajar antara lain sebagai berikut:
· Berfikir positif
Berfikir positif terhadap sesuatu akan membuat kita menikmati apapun yang kita lakukan.
· Berusaha lebih tekun
Percaya bahwa belajar merupakan proses untuk mencapai keberhasilan.
· Belajar dari pengaalaman orang lain
Membaca kisah kesuksesan orang lain juga menumbuhkan motivasi intrinsik untuk mencapai keberhasilan yang sama.
· Belajar mandiri dan belajar kelompok
Berada di tengah-tengah teman yang memiliki motivasi berprestasi tinggi juga membuat kita termotivasi untuk berprestasi.
· Belajar dari berbagai sumber belajar.
Semakin banyak sumber belajar semakin variativ dan banyak ilmu yang dapat diperoleh.
· Selalu bersyukur jika mendapat kemudahan dan keberhasilan belajar.
· Memulai dan mengakhiri belajar dengan berdoa.


c. Cara mempertahankan motivasi
Cara agar motivasi belajar menjadi panggilan jiwa seorang siswa, ada beberapa pemahaman yang perlu dicamkan oleh pera siswa, antara lain sebagai berikut:
· Siswa hendaknya mau menerima realitas diri apa adanya. Siswa masih membutuhkan bimbingan untuk berkembang menuju kedewasaan. Karakter dan bakat yang ada harus disadari sebagai kekayaan diri. Kesadaran akan keunikan diri yang dimiliki akan memunculkan penghargaan atas kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendiri, sehingga siswa dapatmenghargai diri secara wajar.
· Siswa hendaknya mau mendalami kemampuan diri dan bersedia menunjukkan segala potensinya tanpa merasa terpaksa.
· Siswa hendaknya berani menentukan pilihan dan mengambil keputusan tentang masa depannya secara bertanggung jawab. Ini dapat memotivasi diri untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki.
· Siswa hendaknya mau berdiolog dengan guru dan teman.

9. Motivasi Diri Saat Menghadapi Kegagalan
Mungkin Sebagian besar dari Anda pernah mengalami kegagalan dalam mencoba peluang usaha. Kegagalan pun pernah dialami oleh para pengusaha sukses, bahkan tak jarang ada pengusaha yang pernah gagal sampai berkali – kali. Namun hebatnya banyak dari mereka tetap bisa sukses dengan adanya kegagalan yang pernah menimpa usaha mereka. Kuncinya hanya satu, yaitu berani mencoba dan terus memperbaiki penyebab kegagalan yang pernah mereka alami. Anda pun juga dapat sukses setelah mengalami kegagalan, berikut beberapa tips motivasi diri menghadapi kegagalan yang dapat Anda coba :
Selalu berpikiran positif tentang kegagalan.
b) Jadikan kegagalan sebagai pembelajaran bagi Anda.
c) Kegagalan bukan akhir dari segalanya, karena kegagalan hanya bersifat sementara.
d) Berusaha bangkit dengan motivasi baru.














DAFTAR PUSTAKA
http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.htm
http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-anak/
http://dadody.com/article/8673/jangan-takut-gagal.html http://malangbisnis.blogspot.com/2010/07/sukses-satu-cara-gagal-satu-alasan.html
http://duniaguru.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=663
http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-motivasi
http://leoriset.blogspot.com/2008/06/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi.html)
http://zipsiedu.blogspot.com/2010/04/mengembangkan-motivasi-belajar-remaja.html

Rabu, 19 Januari 2011

Ini unt salah satu diantra kalian. oleh Abdulghofar Hegar Prahara pada 19 Januari 2011 jam 3:04

Saat prtma x aq mlihat u, aq mrasa ada yg brbda dri u, ini bukan dari fisik u, aq yakin itu, karna aq mrasakannya di hati. (Maafkan aq yg telah melihat wajah u). Saat itu aq mrasa u tlah ada di hati q sjak lama mskipun aq mlhat u bru pertma x. Smakin lama, aq smakin tw jika wanita seprti u lah yg aq ingnkan unt menjd ibu dari ank2 q nanti. Aq tdak ingin menjdi pcr u n tdak mrasa ikhlas jika u berpcran atw yg bkan muhrm u menynth u, knpa? Karena aq ingin yg terbaik buat u, knpa? Karna aq menyayangi mu. Mungkin u berfkir masih trlalu awal n terburu2, tp jika agama q sudah matang n aq sudah mrasa bisa memenuhi kbuthan lahir n btin, Aq akan meminta u unt membina sebuah keluarga (insyaALLAH, INSYAALLAH, insyaALLAH), dan saling mencntai karna Allah.

Untuk engkau yang hadir mu membuat q tenang.

Kamis, 13 Januari 2011

TANGGAMUS













TANGGAMUS adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi lampung

Tanggamus ber ibu-kota (knpa g bapak kota ya?),,, kotaagung tempat dimna 5 tahun aq bersekolah,,,, 3 tahun di SMP tepatnya di SMP N 1 kotaagung kemudian 2 tahun di SMA tepatnya di SMAN 2 Kotaagung,,, aq mulai sekolah disana dari kelas 2 cz kelas 1 nya aq nyasar ke klaten jawa tengah heheheheh

menurut q tanggamus lebih oke dari segi pariwisata alamnya ,, buktinya sepanjang perjalanan aq pulang kampung ke wonsobo, aq di suguhi pemandangan yg keren yang pasti diliahat oleh semua orang yang hendak berkunjung ke kotaagung atau hanya sekedar lewat di "BATU KERAMAT". namanya sich emang agak serem tapi cuma namanya, pemandangan dissan keren bngt dach,,, g nyesel pokoknya lok lewat sana,, paling nyeselnya lok di tilang sama polisi cz di "BATU KERAMAT" ada pos polisi, tapi tenang ja, lok pada di tilang disna, bilng ja kalian teman q, temen hegar prahara, yakiiiin aja polisinya g da yg kenal n bakal tetep nilang u hehehehehe dah ya, capek jga ngetiknya