Kamis, 17 Maret 2011

METODE PEMBELAJARAN SYNECTICS

METODE PEMBELAJARAN SYNECTICS

Oleh
KELOMPOK 7
1. Hegar Prahara (1013034047)
2. Indah Novitasar (1013034049)
3. Ahmad Fatih Khakikudin (1013034077)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkat kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan karunianya serta kesempatan waktu kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ METODE PEMBELAJARAN SYNECTICS” tepat waktu. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah metodologi pembelajaran serta menambah pengetahuan kami tentang metode pembelajaran synectic.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mohon agar para pembaca berkenan untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga pembaca dapat mengambil banyak manfaat dari makalah ini. Apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah maka kami meminta maaf dan kepada Allah kami memohon ampun.


BandarLampung, Maret 2011


Penyusun





Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
BAB II Pembahasan
1. Metode Pembelajaran Synectics ................................................ 3
1.1 Berpikir Kreatif ................................................................ 4
1.2 Penerapan Synectics dalam pembelajaran.......................... 7
2. Keunggulan Metode Pembelajaran synectics............................. 10
BAB III Penutup
A. Kesimpulan............................................................................... 12
B. Saran ....................................................................................... 12
Refrensi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang beberagaan siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya. Selain dasar pemikiran tersebut, keragaman model pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model pembelajaran tertentu. Pemilihan dan penentuan salah satu atau beberapa model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya peran aktif siswa dalam mengeksplorasi hal-hal baru yang terkait dengan apa yang sedang dipelajari. Ketepatan model pembelajaran juga dapat mendorong tumbuhannya motivasi siswa, terjadinya iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung.
Pengembangkan model pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman guru terhadap karakteristik siswa. Demikian pula tidak dapat dilepaskan dari karakteristik materi pelajaran, tujuan belajar yang ingin dicapai, kondisi kelas maupun sarana/fasilitas belajar yang tersedia.
Kita dapat menjumpai beberapa pandangan atau pendapat tentang jenis-jenis model pembelajaran. Di antara pandangan yang banyak mendapat perhatian adalah model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun yang mengkategorikan sejumlah model dalam empat kelompok besar yaitu: kelompok model-model sosial, kelompok model-model pengolahan informasi, kelompok model-model personal, dan kelompok model-model sistem perilaku.
Salah satu dari beragam model pembelajaran adalah model pembelajaran sinektik (synectic). Synectic merupakan suatu pendekatan yang menarik dalam mengeksplor kreativitas peserta didik, serta mengembangkan kreativitas dan daya imajinasinya dalam menganalogikan suatu permasalah dengan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas itu sendiri dapat dipahami dengan pendekatan process, product, person, dan preses pengukuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran synectic?
2. Apa hubungannya antara kreatifitas peserta didik dalam metode pembelajaran synectic?
3. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran synectic di sekolah?
4. Apakah keunggulan dari metode pembeljaran synectic?


BAB II
PEMBAHASAN


1. Metode Pembelajaran Synectic
Istilah synectics diambil dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berarti menggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda. Dalam dunia keilmuan, synectics biasanya berhubungan dengan kreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengan dinamika kelompok dalam latihan berfikir. dalam dunia pendidikan dikenal sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreativitas.
Synetics dikembangkan oleh William Gordon dan merupakan model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan berfikir dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami. Menurut William J.J. Gordon ,sinektik berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.
Synectics beroperasi pada pokok yang, dengan menggunakan kapasitas yang luar biasa pikiran untuk menghubungkan elemen-elemen yang tampaknya tidak relevan pikiran, siswa dapat memicu ide-ide baru mengejutkan yang kemudian dapat dikembangkan menjadi solusi layak untuk masalah.
Synectic sangat erat kaitannya dengan kreatifitas, karena dalam synectic kreatifitas peserta didik sangat berperan penting dan peserta didik dirangsang kreatifitasnya dalam metode ini.

Synectics merupakan teknik kreativitas yang erat terkait dengan brainstorming . Perbedaan utama adalah bahwa Synectics lebih formal dan ketat daripada brainstorming. Mungkin terlihat aneh untuk meresmikan sebuah proses kreatif, tetapi banyak orang merasa sifat terbuka dari terstruktur brainstorming luar biasa. Synectics membantu dengan memberikan Anda panduan untuk menghasilkan ide-ide baru.

Brainstorming adalah salah satu yang paling sederhana dan paling terkenal dari semua teknik kreativitas. Sesi brainstorming adalah cara terbaik untuk menghasilkan ide-ide baru - dan gagasan adalah inti dari proses kreatif.

Salah satu faktor yang membedakan synectics adalah penekanannya pada metafora dan fantasi. Sebagai contoh, jika mencoba untuk menentukan bagaimana menanggapi ancaman bisnis maka hal ini bisa disamakan dengan mengalahkan naga api. Apa kekuatan naga ("api" nya), kelemahan (yang "perut lunak")?, Keinginan (tumpukan emas pengorbanan manusia? Ibadah?), Apa senjata yang akan dragonslayers butuhkan?, Dapatkah naga dijinakkan bukan dari dibunuh dll? dll Semua fantasi ini bisa memberikan ide-ide tentang bagaimana untuk menangani dengan "kesempatan" komersial sangat nyata.
1.1 Berpikir Kreatif
Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas.
Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
1.2 Penerapan Synectics dalam Pembelajaran
Ada tiga jenis analogi yang digunakan dalam model pembelajaran synectics, yaitu:
1. Analogi langsung yaitu kegiatan perbandingan sederhana antara dua objek atau gagasan, dalam pembandingan ini dua objek yang dibandingkan tidak harus sama dalam semua aspek, karena tujuan sebanarnya adalah untuk mentranformasikan kondisi objek atau situasi masalah nyata pada situasi masalah lain sehingga terbentuk suatu cara pandang baru. Pada analogi ini siswa diminta untuk menemukan situasi masalah yang sejajar dengan situasi kehidupan nyata.. Untuk melihat efektifitas suatu analogi langsung dilihat dari jarak konseptualnya, semakin jauh jarak konseptualnya, maka semakin tinggi skor analoginya.
2. Analogi personal yaitu kegiatan untuk melakukan analogi antara objek analogi dengan dirinya sendiri. Pada analogi ini siswa diminta menempatkan dirinya sebagai objek itu sendiri. Untuk melihat efektivitas analogi personal bisa dilihat dari banyaknya ungkapan yang dikemukakan, semakin banyak ungkapan yang dikemukakan maka semakin tinggi skor analogi personalnya. Dalam kegiatan membuat analogi personal, siswa melibatkan dirinya sebagai objek atau gagasan yang dibandingkan. semakin besar jarak konseptual maka akan semakin besar kemungkinan diperoleh gagasan baru. Menurut Gordon jarak konseptual bisa dilihat dari adanya keterlibatan dalam proses analogi. Selanjutnya dijelaskan adanya empat keterlibatan yang mungkin terjadi ketika melakukan analogi, yaitu:
a. Keterlibatan terhadap fakta yaitu proses analogi terhadap fakta yang dikenal tanpa menggunakan cara pandang baru dan tanpa keterlibatan empati, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya merasa panas.
b.Keterlibatan dengan emosi yaitu proses analogi dengan melibatkan unsur emosi, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya menjadi kuat.
c.Keterlibatan dengan empati pada benda-benda hidup yaitu proses analogi dengan melibatkan emosi dan kinestetik pada objek analogi, misalnya: seandainya saya menjadi mobil, saya merasa seperti sedang mengikuti lomba balapan, dan saya jadi tergesa-gesa.
d. Keterlibatan dengan empati pada benda-benda mati yaitu proses analogi dengan menempatkan diri subjek sebagai suatu objek anorganik dan mencoba memperluas masalah dari pandangan simpati, misalnya, seandainya saya menjadi mesin, saya tidak tahu kapan harus berjalan dan kapan harus berhenti. Seseorang akan bekerja untuk saya.
3. Analogi konflik yang ditekan yaitu kegiatan untuk mengkombinasikan titik pandang yang berbeda terhadap suatu objek sehingga terlihat dari dua kerangka acuan yang berbeda. Hasil kegiatan ini berupa deskripsi tentang suatu objek atau gagasan berdasarkan dua kata atau frase yang kontradiktif, mislnya: bagaimana komputer itu dianggap sebagai pemberani atau penakut? Bagaimanakah mesin mobil dapat tertawa atau marah? Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperluas pemahaman tentang gagasan-gagasan baru dan untuk memaksimalkan unsur kejutan, karena itu maka kegiatan analogi ini dianggap sebagai kegiatan mental tingkat tinggi. Pada analogi ini siswa diminta diminta menyebutkan suatu objek secara berpasangan. Semakin banyak pasangan yang disebutkan, semakin tinggi skor yang diperoleh. Berdasarkan pasangan kata tersebut, siswa diharapkan mengemukakan objek sebanyak-banyaknya yang bersifat kontaradiktif, kemudian diminta menjelaskan mengapa benda tersebut bersifat kontradiktif.
Pada proses yang terjadi dalam synectics, seseorang mampu mengatasi hambatan mental yang membelenggunya, selain itu kemampuan berfikir divergen dan kemampuan untuk memecahkan masalah akan terus berkembang. Selanjutnya ia menjelaskan strategi yang harus dilalui ketika membuat sesuatu yang asing menjadi lazim atau membuat yang lazim menjadi asing yaitu:
1) Mendefinisikan atau menggambarkan situasi saat ini atau masalah yang sedang dihadapi;
2) menulis gagasan tentang analogi langsung;
3) menulis reaksi terhadap hasil analogi langsung;
4) mengeksplorasi sesuatu yang menjadi konfliks;
5) membuat analogi langsung yang baru; dan
6) mengujinya dalam situasi yang nyata.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan tentang strategi tersebut dalam praktek pembelajaran yang dalam prakteknya terbagi menjadi tujuh tahapan yaitu:
1. Masukan substansial yaitu guru mengemukakan permasalahan pada siswa untuk diselesaikan;
2. Pembuatan analogi langsung dengan cara guru menyuruh siswa untuk membuat analogi langsung dan siswa melakukannya;
3. Guru mengidentifikasi hasil analogi yang telah dibuat siswa;
4. Siswa menjelaskan kemiripan antara sesuatu yang asing dengan yang lazim;
5. Siswa menjelaskan perbedaan antara sesuatu yang asing dengan yang lazim;
6. Siswa mengeksplorasi topik yang bersifat original; dan
7. Siswa menghasilkan suatu produk melalui analogi langsung.
Penerapan synectics dalam pembelajaran menurut Joyce seharusnya menganut tiga prinsip yaitu:
1. Prinsip reaksi mengacu pada respon guru terhadap siswanya. Diharapkan guru menerima semua respon siswa apapun bentuknya dan menjamin bahwa hal tersebut seolah-olah merupakan ungkapan kreatif siswa, akan tetapi melalui pertanyaan evokatif, guru dapat menstimulasi lebih lanjut kemampuan berfikir kreatifnya.

2. Sistem sosial mendeskripsikan peranan dan hubungan antara guru dan siswa serta mendeskripsikan jenis norma yang disarankan. Sistem sosial dalam synectics terstruktur secara moderat, yang dalam praktiknya berupa guru mengawali dan mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah melalui analogi, mengembangkan kebebasan intelektual, dan memberikan reward yang nantinya akan menjadi kepuasan internal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar.

3. Sistem pendukung mengacu pada kebutuhan yang diperlukan untuk implementasi. Sistem pendukung dalam kegiatan synectics terdiri dari pengalaman guru tentang kegiatan synectics, lingkungan yang nyaman, laboratorium, atau sumber belajar lainnya.

2. Keunggulan Metode Pembelajaran Synectic

Kelebihan yang dimiliki metode pembelajaran synectic diantaranya:
1. Meningkatkan kreatifitas peserta didik
2. Meningkatkan daya imajinasi dari peserta didik
3. Mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap guru
4. Siswa mampu mengkombinasikan antara apa yang mereka dapat dari sekolah dengan apa yang mereka dapat dari pengalaman untuk memcahkan suatu masalah
5. Mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan oleh guru

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Synectic merupakan model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan berfikir dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami. Metode ini sangat berguna untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik dalam memnyelesaikan suatu masalah, karena dalam metode ini mengeksplor kreatifitas anak dan daya imajinasi dari peserta didik.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh profesor E. Paul Torrance yang kemudian dilanjutkan oleh Garnet Millar membuktikan bahwa kreatifitas lebih penting dari pada IQ. untuk menghadapi zaman yang semakin berkembang dan persaingan yang semakin ketat, maka kreatifitas sangatlah penting untuk dikembangkan pada peserta didik. Dan metode yang paling cocok untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik adalah dengan menggunakan metode pembelajaran synectic.



REFRENSI

http://www.itpin.com/blog/?p=377
WWW.googlesyndication.com
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=hubptain-gdl-sitirochma-7778
http://www.2lisan.com/read/WAHYUNI-WIJAYANTI:-Model-Model-Pembelajaran
www.livechange.co.uk
www.stickybrainstorming.com

Kamis, 03 Maret 2011

DD P EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Evaluasi (Evaluation) → Mengukur (Measurment) →Menilai

Definisi mengukur menurut ahli pegukuran pendidikan & psikologi :

1. Richad Lindeman (1967), mengatakan
“Assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established ruler” (Penetapan untuk sesuatu/kelompok yang masing-masing (kelompok/obyek) mengikuti kepastian yang telah ditentukan dengan aturan/alat).

2. Norman Gronlund (1971), berpendapat
“ Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior” (Pengukuran adalah gambaran tingkah laku seseorang/siswa yang dikaitkan dengan peraturan yang berupa angka-angka).

Pengukuran : Membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan berhubungan dengan angka-angka. Ada dua karakter utama dalam pengukuran,
a. menggunakan angka/skala
b. menggunakan aturan/formula t3.
Bila hasil pengukuran sudah diketahui maka kita bisa ‘menilai sesuatu’ sesuatu

Menurut Robert thorndike & Elizabeth hagen (1961), Menilai : Selalu berhubungan dengan pengukuran
Menurut Daniel Stufflebeam (1985) menilai adalah kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil melalui pegukuran

Penilaian adalah Proses untuk mengambil keputusan yang menggunakan informasi dari pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument tes/non tes, dan bersifat kualitatif
Evaluasi Pembelajaran Geografi adalah Kegiatan penilaian yang dilakukan dalam aktifitas pembelajaran geografi.

Secara garis besar Evaluasi dibagi menjadi 2 :
1. Penilaian Formatif
2. Penilaian Sumatif
Formatif; Untuk memantau sampai dimana pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan
Sumatif. Untuk mengetahui sampai dimana anak didik telaah menguasai satu satuan acara perkuliahan t3.

Hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi:
1. Input atau masukan
Yang dimaksud adalah calon siswa/ siswa yang baru masuk
2. Proses atau transformasi
Yang dimaksud adalah lembaga pendidikan ybs/sekolah.

Proses inilah yang paling mementukan berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan. Unsur-unsur ini meliputi;
a. guru atau personil, b. kurikulum,
c. metode mengajar atau system evaluasi, d. sarana penunjang,
e. system administrasi.

3. Output atau keluaran
Yaitu siswa lulusan ybs. Output yang kurang bermutu karena:
- input yang kurang baik&guru yang tidak tepat/professional
- materi yang tidak tepat
- kurang sarana pendukung
4. Feedback
Adalah informasi yang berhubungan dengan keluaran atau transformasi, feedback ini diharapkan bias meningkatkan system yang berlaku.

PENTINGNYA EVALUASI
1. Bagi siswa, dapat
a. memuaskan
b. tidak memuaskan
masing-masing dapat menimbulkan motivasi tersendiri.
2. Bagi Guru, bisa bermakna:
a. bisa memberikan perlakuan yang tepat terhadap siswa atau mahasiswa
b. bisa mengetahui pakah materi yang diberikan sudah tepat termasuk metodenya
3. Sekolah atau lembaga pendidikan, untuk mengetahui
a. kualitas / mutu sekolah
b. kurikulum yang berlaku sudah tepat atau belum

TUJUAN / FUNGSI EVALUASI
a. Seleksi
- Untuk memilih siswa yang di terima atau ditolak
- Untuk memilih siswa yang telah pantas lulus atau belum

b. Alat diagnosis
Yaitu untuk mengukur kelemahan atau kekuatan siswa sehingga guru bisa mengatasi kelemahan-kelemahan tsb

c. Alat penempatan
Maksudnya untuk menempatkan siswa ket4 yang cocok shg bisa meningkatkan prestasi, ex passing grade

d. Pengembangan ilmu
Dari hasil evaluasi akan diperoleh knowledge emperik untuk pengembanagan ilmu dan teori
e. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
f. Memotivasi dan membimbing belajar

CIRI-CIRI EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

1. Dilakukan secara tidak langsung ( menggunakan soal-soal).
Soal inilah yang digunakan for mengukur siswa ( pandai, sedang, cukup dll)
Carl witherington (ahli psikologi) menggolongkan kemampuan anak sbb;
 Kemampuan belajar dengan bilangan
 Kemampuan menggunakan bahasa dengan baik
 Kemampuan menangkap sesuatu yg baru
 Kemampuan untuk mengingat
 Kemampuan untuk memahami hubungan (hal yg lucu)
 Kemampuan berfantasi
 (Suharsimi Arikunto, Ibid 9).

Selanjutnya Suharsimi Arikunto dan Ibid mengelompokkan Intelegensi untuk manusia sbb;

No Tingkatan IQ Sebutan Persentase
1 0 – 25 Idiot
1 %
2 26 – 50 Imbesil
3 51 – 70 Debil
4 71 – 80 Dungu 5 %
5 81 – 90 Bodoh 14 %
6 91 – 110 Normal 60 %
7 111 – 120 Pandai 14 %
8 121 – 130 Sangat Pandai 5 %
9 > 130 Genius 1 %
J u m l a h

2. Menggunakan ukuran kuantitatif (lalu dikualitatifkan)
3. Menggunakan standar baku / satuan yang telah ditetapkan
4. Sering terjadi kesalahan-kesalahan
Sumber kesalahan ini antara lain;
a. Terletak pada alat ukur.
b. Terletak pada orang yg melakukan evaluasi, yaitu dapat berupa;
- Subyektif
- Terlalu mahal/murah
- Salah mengoreksi
c. Kesalahan pada anak yang dinilai, meliputi;
- Suasana hati
- Keadaan fisik
d. Situasi saat evaluasi, meliputi
- Suasana ribut/gaduh
- Pengawasan dalam evaluasi

ETIKA EVALUASI
1. kerahasiaan hasil evaluasi
2. Keamanan evaluasi
3. Interpretasi evaluasi
4. Penggunaan evaluasi
5. Memberi tahu waktu (Kecuali pertimbangan t3)

SISI NEGATIF (KRITIK)
UNTUK EVALUASI
1. Evaluasi senantiasa mencampuri rahasia pribadi peserta
2. Evaluasi selalu menimbulkan rasa cemas
3. Evaluasi justru menghukum peserta yang kreatif
4. Evaluasi hanya mengukur hasil belajar yg sederhana.

Kamis, 20 Januari 2011

MOTIVASI DAN BIMBINGAN DALAM BELAJAR

1. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Mc. Donald mengatakan bahwa, Motivation is a energi change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Guru-guru sangat menyadari penting motivasi di dalam membimbing belajar murid. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan kehormatan-kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian dan celaan telah digunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar. Ada kalanya, guru-guru mempergunakan teknik-teknik tersebut secara tidak tepat.
Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan dalam tingkah laku. Kaum pengusaha mengeluarkan biaya setiap tahun untuk memasang advertensi, berarti memotivasi orang-orang agar mau membeli dan menggunakan hasil-hasil usahanya.
Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para orang tua murid maupun masyarakat.
2. Teori–Teori Motivasi Belajar
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (a) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (b) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (c) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (d) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (e) teori Keadilan; (f) Teori penetapan tujuan; (g) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (h) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (i) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167).
a. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
· Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
· Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
· Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.


b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubung an dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
· Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
· Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
· Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik
e. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
· Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
· Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
· Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
· Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
· Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
· Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
f. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
g. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
h. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
I. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
3. Macam-Macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
4. Perbedaan motivasi belajar antar peserta didik
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
· Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
· Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
· Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
· Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
· Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
5. Faktor penurun motivasi belajar peserta didik
Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkanproses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinyapembelajaran yang baik. Berikut dijabarkan berbagai sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik diantaranya:
Kehilangan harga diri
Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi tutor/guru untuk menyadari hal ini. Contohnya jika seorang peserta didik orang dewasa dihukum dengan cara maju kedepan dan menjewer kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak akan respek lagi terhadap guru/tutornya dan mungkin materi serta keseluruhan proses belajarnya. Bahkan ia dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya.



b. Ketidaknyamanan fisik
Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya elalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.

c. Frustasi
Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya.

d. Teguran yang tidak dimengerti
Jika tutor/guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya. Contohnya, tutor/guru yang kesal dengan peserta didiknya yang terlambat menacung-acungkan jari dengan cepat kepada peserta didik tersebut. Peserta didik orang dewasa tersebut tentu bingung dan berfikir apa yang salah dengannya, dan ia berinisiatif untuk tidak menghadiri kelas tersebut, mungkin untuk selamanya.

e. Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan
Peserta didik orang dewasa yang mengikuti pembelajaran akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan tutornya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.

f. Materi terlalu sulit/muda
Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.

g. Persaingan yang tidak sehat
Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.

h. Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika tidak, peserta didik orang dewasa akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada penurunan motivsi belajar mereka.

I. Tidak mendapatkan umpan balik
Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen komunikasi antar individu. Contohnya, tutor yang mengajar dengan hanya metode ceramah tanpa melakukan diskusi dan melontarkan pertanyaan, juga tidak memperhatikan peserta didiknya (mengacuhkan) akan tidak mendapat umpan balik yang diperlukan untuk melihat sejauh mana peserta didik menguasai materi.

j. Harus belajar dengan kecepatan yang sama
Siswa didik tidak mempunyai kemampuan yang sama,sehingga dalam proses belajar tidak bisa fianggap sama.


k. Berkelompok dengan peserta yang sama sama kurang
Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak akan berjalamn baik. . Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.

l. Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya
Tingkah laku orang dewasa dipengaruhi oleh pemahamannya. Peserta didik orang dewasa mempunyai karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing/tutor tidak dapat memaksakan kehenaknya kepada peserta didiknya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, peserta didik orang dewasa akan bertindak tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam hatinya dan mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya.

6. Faktor Peningkat Motiasi Belajar Peserta Didik
Ada beberapa Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak dalam kegiatan belajar di sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan A.M. Sardiman (2005:92-94), yaitu :
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Kompetisi
d. Ego-involvement(kesadaran siswa)
e. Memberi Ulangan
f. Mengetahui Hasil
h. Pujian
I. Hukuman

7. Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi
10.Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

8. Cara menumbuhkan,meningkatkan dan mempertahankan motivasi belajar
a. Menumbuhkan motivasi
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi, diantaranya sebagai berikut:
· Ciptakan sensasi
Ciptakan sensasi yang dapat membangkitkan gairah anda untuk beraktivitas dipagi hari.misalnya anda esok pagi berfikir harus mendapatkan uang satu miliyar,hal itu tentu sangat mustahil namun itu dapat membangkitkan motivasi anda untuk beraktivitas.
· Kembangkan terus tujuan anda
Jangan pernah terpaku pada tujuan yang sederhana. Kembangkan tujuan anda menjadi tujuan yang lbih besar. Hal ini tentu saja akn meningkatkan motivasi anda untuk mencapainya.
· Tetapkan saat kematian
Hal ini dapat membantu menigkatkan motivasi,karena anda akan berfikir untuk berbuat lebih baik dari apa yang sudah anda perbuat.




· Tinggalkan teman yang tidak perlu
Jangan ragu ragu untuk meninggalkan teman anda yang tidak mendorong anda mencapai tujuan.ketahuilah jika kita bergaul dengan orang-orang yang optimis maka anda akan hidup optimis pula.
· Hampiri bayangan ketakutan
Saat anda dibayangi rasa takut dan kecemasan,janganlah melarikan diri dari bayangan tersebut.Karena disaat anda bisa mengatasinya maka hal ini bisa memotivasi anda untuk hidup lbih baik.
· Mulailah dengan rasa senang
Mulailah setiap pekerjaan dengan rasa senang.
· Berlatihlah dengan keras
Berlatih dengan keras dapat mendukung anda untuk meraih apa yang anda inginkan.

b. Meningkatkan motivasi
Menurut Tim MGP & Kelompok Kerja Pengembangan Kurikulum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan motivasi belajar antara lain sebagai berikut:
· Berfikir positif
Berfikir positif terhadap sesuatu akan membuat kita menikmati apapun yang kita lakukan.
· Berusaha lebih tekun
Percaya bahwa belajar merupakan proses untuk mencapai keberhasilan.
· Belajar dari pengaalaman orang lain
Membaca kisah kesuksesan orang lain juga menumbuhkan motivasi intrinsik untuk mencapai keberhasilan yang sama.
· Belajar mandiri dan belajar kelompok
Berada di tengah-tengah teman yang memiliki motivasi berprestasi tinggi juga membuat kita termotivasi untuk berprestasi.
· Belajar dari berbagai sumber belajar.
Semakin banyak sumber belajar semakin variativ dan banyak ilmu yang dapat diperoleh.
· Selalu bersyukur jika mendapat kemudahan dan keberhasilan belajar.
· Memulai dan mengakhiri belajar dengan berdoa.


c. Cara mempertahankan motivasi
Cara agar motivasi belajar menjadi panggilan jiwa seorang siswa, ada beberapa pemahaman yang perlu dicamkan oleh pera siswa, antara lain sebagai berikut:
· Siswa hendaknya mau menerima realitas diri apa adanya. Siswa masih membutuhkan bimbingan untuk berkembang menuju kedewasaan. Karakter dan bakat yang ada harus disadari sebagai kekayaan diri. Kesadaran akan keunikan diri yang dimiliki akan memunculkan penghargaan atas kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendiri, sehingga siswa dapatmenghargai diri secara wajar.
· Siswa hendaknya mau mendalami kemampuan diri dan bersedia menunjukkan segala potensinya tanpa merasa terpaksa.
· Siswa hendaknya berani menentukan pilihan dan mengambil keputusan tentang masa depannya secara bertanggung jawab. Ini dapat memotivasi diri untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki.
· Siswa hendaknya mau berdiolog dengan guru dan teman.

9. Motivasi Diri Saat Menghadapi Kegagalan
Mungkin Sebagian besar dari Anda pernah mengalami kegagalan dalam mencoba peluang usaha. Kegagalan pun pernah dialami oleh para pengusaha sukses, bahkan tak jarang ada pengusaha yang pernah gagal sampai berkali – kali. Namun hebatnya banyak dari mereka tetap bisa sukses dengan adanya kegagalan yang pernah menimpa usaha mereka. Kuncinya hanya satu, yaitu berani mencoba dan terus memperbaiki penyebab kegagalan yang pernah mereka alami. Anda pun juga dapat sukses setelah mengalami kegagalan, berikut beberapa tips motivasi diri menghadapi kegagalan yang dapat Anda coba :
Selalu berpikiran positif tentang kegagalan.
b) Jadikan kegagalan sebagai pembelajaran bagi Anda.
c) Kegagalan bukan akhir dari segalanya, karena kegagalan hanya bersifat sementara.
d) Berusaha bangkit dengan motivasi baru.














DAFTAR PUSTAKA
http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.htm
http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-anak/
http://dadody.com/article/8673/jangan-takut-gagal.html http://malangbisnis.blogspot.com/2010/07/sukses-satu-cara-gagal-satu-alasan.html
http://duniaguru.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=663
http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-motivasi
http://leoriset.blogspot.com/2008/06/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi.html)
http://zipsiedu.blogspot.com/2010/04/mengembangkan-motivasi-belajar-remaja.html

Rabu, 19 Januari 2011

Ini unt salah satu diantra kalian. oleh Abdulghofar Hegar Prahara pada 19 Januari 2011 jam 3:04

Saat prtma x aq mlihat u, aq mrasa ada yg brbda dri u, ini bukan dari fisik u, aq yakin itu, karna aq mrasakannya di hati. (Maafkan aq yg telah melihat wajah u). Saat itu aq mrasa u tlah ada di hati q sjak lama mskipun aq mlhat u bru pertma x. Smakin lama, aq smakin tw jika wanita seprti u lah yg aq ingnkan unt menjd ibu dari ank2 q nanti. Aq tdak ingin menjdi pcr u n tdak mrasa ikhlas jika u berpcran atw yg bkan muhrm u menynth u, knpa? Karena aq ingin yg terbaik buat u, knpa? Karna aq menyayangi mu. Mungkin u berfkir masih trlalu awal n terburu2, tp jika agama q sudah matang n aq sudah mrasa bisa memenuhi kbuthan lahir n btin, Aq akan meminta u unt membina sebuah keluarga (insyaALLAH, INSYAALLAH, insyaALLAH), dan saling mencntai karna Allah.

Untuk engkau yang hadir mu membuat q tenang.

Kamis, 13 Januari 2011

TANGGAMUS













TANGGAMUS adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi lampung

Tanggamus ber ibu-kota (knpa g bapak kota ya?),,, kotaagung tempat dimna 5 tahun aq bersekolah,,,, 3 tahun di SMP tepatnya di SMP N 1 kotaagung kemudian 2 tahun di SMA tepatnya di SMAN 2 Kotaagung,,, aq mulai sekolah disana dari kelas 2 cz kelas 1 nya aq nyasar ke klaten jawa tengah heheheheh

menurut q tanggamus lebih oke dari segi pariwisata alamnya ,, buktinya sepanjang perjalanan aq pulang kampung ke wonsobo, aq di suguhi pemandangan yg keren yang pasti diliahat oleh semua orang yang hendak berkunjung ke kotaagung atau hanya sekedar lewat di "BATU KERAMAT". namanya sich emang agak serem tapi cuma namanya, pemandangan dissan keren bngt dach,,, g nyesel pokoknya lok lewat sana,, paling nyeselnya lok di tilang sama polisi cz di "BATU KERAMAT" ada pos polisi, tapi tenang ja, lok pada di tilang disna, bilng ja kalian teman q, temen hegar prahara, yakiiiin aja polisinya g da yg kenal n bakal tetep nilang u hehehehehe dah ya, capek jga ngetiknya

Rabu, 08 Desember 2010

WAWANCARA UNTUK PENGENALAN
PESERTA DIDIK




Oleh
Kelompok XII

Ahmad Risani 1013034024
Arum Mawarni 1013034032
Bagus Vijiarto 1013034003
Debi Ranu 1013034080
Hegar Prahara 1013034047
Rizky Amalia 1013034014
Dewi Sri Wahyuningsih 0743034010
Fitriana Gunarti 0743034019
Reni Safitri 0743034035









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010


PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. atas berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengenalan Peserta Didik ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang wawancara yang dilakukan untuk mengenal lebih dalam peserta didik. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang mata kuliah Pengenalan Peserta Didik .

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Herpratiwi, M.Pd. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Pengenalan Peserta Didik yang telah membimbing baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam penyelesaian tugas ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung, kami juga mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam penyusuna makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna penyempuraan dalam penyelesaian makalah-makalah yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Oktober 2010


Penyusun



I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif, dan manusia memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan produk pendidikan yaitu individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Peserta didik merupakan obyek pendidikan yang paling utama. Suatu proses pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya peserta didik. Akan tetapi, pada saat ini pendidikan yang ada tidak mampu berjalan semestinya. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seagai contoh yaitu rendahnya minat belajar siswa sehingga prestasi yang diperoleh rendah. Dalam hal ini berarti proses pendidikan tidak berjalan dengan semestinya sehingga harus diupayakan pembenahan agar peserta didik mampu lebih baik lagi.

Salah satu upaya untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan melakukan wawancara untuk pengenalan peserta didik. Hal ini merupakan salah satu solusi atau cara yang dapat digunakan oleh seorang pendidik dalam perkembangan pendidikan khususnya permasalahan dalam bidang intern peserta didik. Guru sebagai seorang pendidik yang hampir setiap hari bersama dengan siswa, tentu sering mengeluhkan kondisi siswanya yang tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah (PR), tidak mau mendengarkan penjelasan yang disampaikan kepadanya, mengobrol dengan teman terdekat pada saat guru menjelaskan materi, sering membolos, tidak mau melakukan kegiatan pembelajaran atau kalau pun mau melakukannya, siswa yang bersangkutan tidak begitu bersemangat, dan gejala-gejala perilaku siswa lainnya. Keluhan-keluhan para guru di atas hanya sebagian kecil saja yang nampak dari perilaku siswa. Jika keadaan tersebut berlangsung secara terus-menerus dan berlangsung cukup lama dalam diri siswa, maka akan mempengaruhi efektifitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, mutu pendidikan pada sekolah tertentu atau output yang dihasilkannya dan keutuhan perkembangan diri siswa itu sendiri.

Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Itu sebabnya kita perlu mengetahui bagaimana gaya bekerja otak diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda-beda pula. Untuk itu dalam hal ini metode wawancara sangat tepat digunakan dalam permasalahan yang muncul pada dampak yang munculkan dari adanya revolusi gaya pembelajaran pendidikan. Ada beberapa peranan penting dari Wawancara bagi proses belajar mengajar di dunia pendidikan :
1. Sebagai alat penghubungung internal antara pendidik dan peserta didik
2. sebagai metode efektif bagi seorang pendidik untuk dapat meningkatkan minat belajar bagi peserta didik nya, dsb
B. Tujuan
1. Sebagai pemenuhan tugas kelompok mata kuliah Pengenalan Peserta Didik.
2. Untuk mengetahui berbagai macam wawancara yang dilakukan untuk pengenalan peserta didik.
3. Untuk mengetahui manfaat dilakukannya wawancara untuk pengenalan peserta didik.
4. Untuk mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan dari wawancara yang dilakukan untuk pengenalan peserta didik.







II. PEMBAHASAN


1. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah, untuk dapat menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan Interview.

Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian, penerimaan pegawai ataupun dalam bidang pendidikan.

Orang yang mewawancarai dinamakan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai dinamakan pemberi wawancara atau disebut juga responden. Seperti percakapan biasa, wawancara adalah pertukaran informasi, opini, atau pengalaman dari satu orang ke orang lain. Dalam sebuah percakapan, pengendalian terhadap alur diskusi itu bolak-balik beralih dari satu orang ke orang yang lain. Meskipun demikian, jelas bahwa dalam suatu wawancara si pewawancara adalah yang menyebabkan terjadinya diskusi tersebut dan menentukan arah dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Sedangkan menurut para pakar pendidikan yang dimaksud wawancara adalah sebagai berikut:
1. “Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan dan pencatatan data, informasi dan atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung.” (Zainal Arifin, 1990:54).
2. “Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.” (Suharsimi Arikunto, 1997:27).

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah alat penilaian yang berisikan serangkaian pertanyaan untuk mendapatkan jawaban dari responden (siswa) dengan jalan tanya jawab sepihak. Perbedaan penting antara wawancara dengan percakapan biasa adalah wawancara bertujuan pasti menggali permasalahan yang ingin diketahui. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
2. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
3. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informasi (siswa, keluarga atau guru kelas). Adapun wawancara yang digunakan ada dua cara, yaitu:

a. Wawancara secara langsung,
Yaitu informasi dan data digali dengan mewawancarai siswa secara langsung. Dalam wawancara ini kita harus mengkondisikan sesantai mungkin sehingga peserta didik yg hendak kita wawancarai tidak merasa tegang atau tertekan. Kita bisa mulai dengan pertanyaan-pertanyaan yg mudah dan menyenangkan, jika memang perlu, kita harus membuatnya tersenyum atau tertawa, dengan demikian Ia bisa lebih dekat dengan kita dan berani mengungkapkan apa yg dia rasakan dan dia inginkan tentang metode pembelajaran yg dia inginkan
b. Wawancara tidak langsung,
Yaitu informasi dan data digali dengan mewawancarai orang-orang yang tahu persis tentang siswa atau juga bisa menggunakan pertanyaan pertanyaan yang di berikan kepada peserta didik tersebut dalam bentuk kumpulan pertanyaan. Dalam membuat pertanyaan tersebut, hendaknya kita harus bisa membuatnya tidak monoton, seperti diselipkan sebuah cerita yang sesuai dengan usia peserta didik yang hendak di wawancari untuk wawancara dengan orang terdekat obyek, Kita bisa memulai dengan mewawancarai teman dekatnya atau teman yang kira-kira mengetahui tentang Ia.

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:
a. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa yang akan ditanyakan
b. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut
c. Harus menjaga hubungan yang baik
d. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data
h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
i. Guru harus mengobrol dalam wawancara
j. Batasi waktu wawancara
k. Hindari penonjolan aku dari guru

3. Tujuan Wawancara untuk Pengenalan Peserta Didik
Wawancara untuk pengenalan peserta didik adalah alat penilaian dan alat untuk mengetahui kepribadian atau karakter dari diri peserta didik atau siswa. Manfaat Wawancara untuk pengenalan peserta didik :
• Untuk mengetahui tingkat kemauan peserta didik dalam belajar.
• Sebagai alat yang dapat digunakan untuk menyesuaikan metode pembelajaran sesuai tingkat kepribadian peserta didik.
• Sebagai sarana pemberian motivasi dari pendidik kepada peserta didik.
Seorang peserta didik memiliki perbedaan gaya-gaya yang mendasar dalam menerima suatu pelajaran. Dalam hal ini seorang pendidik tentunya harus dapat memahami perbedaan-perbedaan karakter tersebut. Dengan mengenal perbedaan gaya-gaya yang mendasar ini, guru akan lebih mudah menemukan referensi gaya belajar yang paling efektif untuk peserta didik atau siswa didiknya. Menurut para pakar, ada beberapa model gaya belajar :
a. Tipe Visual
Ini merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera penglihatan. Pada model gaya belajar ini, informasi data visual terbagi menjadi data berupa teks (tulisan, huruf, angka, simbol) dan berupa gambar (foto, diagram). Adapun ciri-ciri peserta didik tipe visual adalah sebagai berikut:
• Lebih mudah ingat dengan melihat,
• Lebih suka membaca,
• Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat orang lain melakukan dulu baru kemudian Ia sendiri yang bertindak, dan
• Peserta didik dalam kelompok ini juga dapat duduk tenang saat belajar di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa merasa terganggu.
Sedangkan kendala dari tipe visual adalah sebagai berikut:
• Tidak suka berbicara di depan kelompok,
• Tidak suka mendengarkan orang lain,
• Mengetahui apa yang seharusnya dikatakan tetapi tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata,
• Tulisan tangannya berantakan sehingga tidak terbaca,
• Peserta didik dari kelompok visual juga biasanya kurang mampu mengingat informasi yang disampaikan secara lisan.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas, maka seorang pendidik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
• Gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis bisa berupa film, slide, ilustrasi, coretan, atau kartu-kartu gambar berseri yang bisa dipakai untuk menjelaskan informasi secara berurutan.
• Mintalah peserta didik untuk menghapal dengan membayangkan obyek atau materi yang sedang dipelajarinya.


b. Tipe Auditory
Tipe Auditory merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera pendengaran. Pada model gaya belajar ini informasi terbagi menjadi data berupa bahasa dan nada. Ciri-ciri peserta didik tipe Auditory:
• Mudah mengingat apa yang didengarnya dan didiskusikannya,
• Senang mendengarkan,
• Lebih suka menuliskan kembali sesuatu,
• Senang membaca dengan suara keras,
• Bisa mengulangi apa yang didengarnya,
• Senang diskusi,
• Bicara atau menjelaskan panjang lebar.
• Peserta didik dengan tipe auditory pada umumnya menyenangi seni musik dan mudah mempelajari bahasa asing.
Kendala peserta didik dengan tipe Auditory, antara lain:
• Cenderung banyak omong,
• Tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut, apalagi bila peserta didik memiliki konsentrasi yang lemah.
• Peserta didik juga lebih memperhatikan informasi yang didengarnya, sehingga kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungannya.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas, maka seorang pendidik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
• Bekali peserta didik dengan alat perekam untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan di sekolah,
• Libatkan peserta didik dalam kegiatan diskusi,


c. Tipe Kinestetik
Kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera tubuh. Pada model gaya belajar kinestetik, informasi terbagi menjadi data berupa gerakan dan sentuhan. Ciri-ciri peserta didik tipe Kinestetik:
• Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya,
• Suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya sedemikian aktif,
• Banyak gerak fisik dan memiliki koordinasi tubuh yang baik,
• Menyukai kegiatan/permainan yang menyibukkan secara fisik,
• Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan.

Kendala dari tipe Kinestik adalah sebagai berikut:
• Peserta didik sulit mempelajari hal-hal yang abstrak,
• Tidak bisa belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan peserta didik duduk diam,
• Kapasitas energi peserta didik cukup tinggi, sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas, maka seorang pendidik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
Bersekolah pada sekolah yang menganut sistem active learning di mana siswa banyak terlibat dalam proses belajar. Dengan begitu, kemampuannya dapat berkembang optimal. Untuk siswa yang memiliki kapasitas energi berlebih, sebaiknya diberikan aktivitas fisik, seperti kegiatan olahraga atau kesenian. Salurkan energi dengan memberikan kebebasan beraktivitas sebelum belajar, sehingga peserta didik bisa duduk tenang selama belajar.


Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan cara pengamatan langsung dan guru melakukan pendekatan personal pada anak didik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai siswa yang bersangkutan, mengajaknya berbicara. Dengan cara demikian guru dapat mengenal lebih dekat anak didiknya, dapat memahaminya, dan siswa pun merasa diperhatikan.

Seorang pendidik melakukan wawancara untuk mengumpulkan informasi yang lengkap, akurat, dan adil (fair) tentang kepribadian atau karakter peserta didiknya. Seorang pendidik yang baik mencari sebuah pengungkapan atau wawasan (insight), pikiran atau sudut pandang yang menarik, yang cukup bernilai untuk diketahui. Jadi bukan sesuatu yang sudah secara umum didengar atau diketahui.

Pendidik yang baik harus mengerti bagaimana cara “memegang” orang yang diwawancarai dan menangani situasi. Pendidik yang melakukan wawancara harus bisa merasakan, apa yang harus dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung wawancara kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan pertanyaan-pertanyaan tajam (dari berbagai sumber yang direduksi).

4. Tekhnik Wawancara
Sebagai seorang pewawancara, pendidik harus dapat mengetahui bagaimana kondisi peserta didik pada saat diwawancarai. Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu. Untuk mengatasi hal-hal yang harus dilakukan dan mengetahui sifat dari jawaban interviewee, seorang pewawancara dapat menggunakan tekhnik atau cara.


a. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan wawancara, seorang pewawancara harus sudah benar-benar sehat secara fisik. Dengan kata lain, kondisi fisiknya benar-benar fit. Fisik yang prima akan mempengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari wawancara tersebut.
b. Merancang Pedoman
Pedoman ini disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara,
2. Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara,
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur atau bentuk terbuka,
4. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis di atas, yakni membuat pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas,
5. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara.
c. Pedoman untuk Melaksanakan Wawancara :
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Misalnya untuk mengetahui pemahaman bahan pengajaran (hasil belajar) atau mengetahui pendapat siswa mengenai kemampuan mengajar yang dilakukan guru (proses belajar mengajar),
2. Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara,
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur ataukah bentuk terbuka,
4. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis diatas, yakni membuat pertanyaan berstruktur dan atau yang bebas.
5. Pertanyaan jangan terlalu banyak, cukup yang pokok-pokoknya saja.
6. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara berstruktur maupun untuk wawancara bebas.
Adapun tekhnik wawancara untuk pengenalan peserta didik adalah sebagai berikut:
• Mencari tahu typical personal dari peserta didik.
• Menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan dengan latar belakang peserta didik.
• Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh peserta didik tentang jawaban dari pertanyaan yang kita berikan.
• Mengamati tentang isi jawaban yang diberikan peserta didik tersebut.
• Menyelidiki, benar atau tidaknya yang disampaikan.
• Menanggapai jawaban peserta didik tersebut.
5. Macam-macam Wawancara
Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana gaya bekerja otak diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda-beda pula. Pendidik dapat mengetahui potensi dan gaya belajar peserta didik secara detil dengan melakukan tes potensi dan bakat peserta didik. Wawancara bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai.

Berdasarkan alat evaluasinya, wawancara dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Wawancara terpimpin (guided Interview) yang juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan. Misalnya wawancara dengan peserta didik, wawancara dengan orang tua atau wali peserta didik dan lain-lain; dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk menilai peserta didiknya.Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang, yaitu berpegang pada panduan wawancara.
2. Wawancara tidak terpimpin (unguided Interview) yang sering dikenal dengan wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis ataupun wawancara bebas.Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. (Anas Sudijono, 2003:82-83).
Sedangkan berdasarkan cara pelaksanaanya wawancara dibagi menjadi dua yaitu:
1. Wawancara berstruktur, adalah wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Wawancara tidak berstruktur, adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
Berdasarkan Jenisnya wawancara dibedakan yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara berita (news peg interview) yaitu, wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan narasumber tentang suatu masalah
2. Wawancara Pribadi (personel interview) yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang pribadi dan pemikiran seseorang (narasumber). Berita yang dihasilkan berupa profil narasumber, meliputi identitas pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah yang terkait profesinya.
3. Wawancara Ekslusif (exclusive inteview) yaitu wawancara yang dilakukan seseorang wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus berkaitan masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama.
4. Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview) yaitu wawancara yang dilakukan seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interview secara terpisah yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis. Misalnya, ada peristiwa kebakaran.
6. Keunggulan dan Kelemahan Wawancara
Suatu wawancara memiliki keunggulan sebagai berikut yaitu:
a. Dapat kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam.
b. Menjalin hubungan yang lebih erat antara pendidik dan peserta didik, karena melalui wawancara siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
c. Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap.
d. Melalui wawancara data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi. Sebaliknya, jawaban yang belum jelas bisa diminta lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna asal tidak mempengaruhi atau mengarahkan jawaban siswa.
e. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
f. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
g. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
h. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
i. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.

Sedangkan kelemahan suatu wawancara adalah sebagai berikut:
a. Jika jumlah responden cukup besar, maka akan banyak menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya.
b. Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan.
c. Sering timbul sikap yang kurang baik dari responden dan sikap “over action” dari pewawancara, sehingga terjadi prasangka hasil yang diperoleh tidak objektif. Karena itu diperlukan adaptasi diri antara pewawancara dengan responden.
d. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai
e. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
f. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
g. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara



III. SIMPULAN

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara pewawancara atau dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Interwiew guide. Wawancara untuk pengenalan peserta didik adalah alat penilaian dan alat untuk mengetahui kepribadian atau karakter dari diri peserta didik atau siswa. Manfaat Wawancara untuk pengenalan peserta didik :
• Untuk mengetahui tingkat kemauan peserta didik dalam belajar.
• Sebagai alat yang dapat digunakan untuk menyesuaikan metode pembelajaran sesuai tingkat kepribadian peserta didik.
• Sebagai sarana pemberian motivasi dari pendidik kepada peserta didik.
Adapun tekhnik wawancara untuk pengenalan peserta didik adalah sebagai berikut:
• Mencari tahu typical personal dari peserta didik.
• Menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan dengan latar belakang peserta didik.
• Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh peserta didik tentang jawaban dari pertanyaan yang kita berikan.
• Mengamati tentang isi jawaban yang diberikan peserta didik tersebut.
• Menyelidiki, benar atau tidaknya yang disampaikan.
• Menanggapai jawaban peserta didik tersebut.

Sedangkan metode yang sering digunakan untuk me wawancarai peserta didik adalah “metode secara langsung”. Hal ini didasarkan kepada efektivitas dan efisiensivitas dalam proses wawancara. Selain itu metode secara langsung dapat meminimalisir terjadinya kecurangan-kecurangan yang dapat terjadi saat wawancara dan metode ini dilakukan face to face kepada peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara:
Jakarta.
http://mcdougelad.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html

http://mkpd.wordpress.com/page/7/?archives-list=1 Mengenal Wawancara
angket sistem evaluasi wawancara Komentar RSS feed
Ketut Sukardi, Dewa. 1984. Pengantar Teori Konseling. Ghalia Indonesia:
Denpasar.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya: Bandung,
Sudjiono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo: Jakarta.